Gedung-gedung tinggi itu berbaris dan menjulang tinggi, seolah menantang siapa saja yang ada di depan mereka. Namun, sayangnya semua itu hanyalah badan yang besar dan terlihat kokoh. Sekali tiup beliung saja mereka sudah jadi kepingan-kepingan yang tak berarti. Begitu pula manusia, jika hanya karena kekuasaan lalu merasa maha besar, tunggu saja bagian beliung untuk kita datang. Tuhan tentu tidak sekejam itu jika manusia tidak sesombong itu. Kembali lagi pada gedung tinggi dan kokoh yang akan menjadi tempat menuntut ilmu Kamal. Ia kini sudah berstatus menjadi mahasiswa kedokteran di universitas ternama di Jakarta. Meskipun sampai saat ini ia masih mengakui bahwa ia mungkin akan mengalami hambatan dari dalam dirinya sendiri. Sebab, memang bukan ini cita-citanya. Pakaian seorang jaksa yang sedari dulu ia idam-idamkan kini harus ia lupakan demi memberikan sedikit kebahagian kepada orang tuanya. Perubahan ini mungkin akan membuat hidup Kamal menjadi lebih berat dan penuh tantangan, sebab mungkin bukan hanya cita-citanya yang harus ia lupakan, wanita yang selalu ia sayangi pun menjadi hal yang ia khawatirkan saat ini.
Asik memandangi gedung tinggi di hadapannya tidak membuat
Kamal lupa dengan sekitar. Seorang gadis cantik dengan rambutnya terurai indah
sampai bahu menyapa Kamal dengan ramahnya.
"hai, boleh aku bertanya?" ucap sang gadis itu
dengan mata berbinar dan penuh keramah-tamahan.
"ya silahkan" jawab Kamal sambil tersenyum.
"apakah kamu tahu ruangan R04 dimana?"
"R04?"
"ya?"
"wah kebetulan itu juga ruangan ku, kalau begitu kita
bareng saja." Jawab Kamal antusias.
"oh iya? senang mendengarnya, aku sudah lelah sekali
mencari ruangan itu"
"wah Allah sudah tidak ingin kamu lelah"
"hah? apa maksudnya?"
"oh maaf, apakah kamu islam?"
"ya tentu aku islam, wajahku tidak terlihat seperti itu
ya?"
"ah bukan begitu, hanya saja aku sedikit sulit
memastikan perempuan islam atau tidak jika tidak menggunakan hijab"
"oh begitu"
"ya, ya sudahlah lupakan"
Mereka terus berjalan beriringan. Tak peduli dengan waktu
yang baru saja mengenali mereka, mereka justru sudah akrab seperti sudah kenal
sebulan yang lalu. Gadis yang ternyata bernama Nisa itu terlihat nyaman sekali berada di dekat
Kamal. Tidak sama halnya dengan sekitar
dia, dia masih merasa asing, karena memang dia baru saja menjelajahi gedung ini
pertama kalinya bersama Kamal.
Begitulah semua berawal, dari yang teramat asing menjadi
yang teramat tahu, yang menyakitkan adalah jika itu kembali menjadi teramat
asing.
...
5 bulan sudah waktu berlalu sangat cepat, ada beberapa hal
menjadi beda dari 5 bulan yang lalu. Memang benar jika hidup selalu berjalan
seperti itu saja, tentu akan membosankan. Jadi terima saja, apapun itu
perubahannya. Paling-paling jika tidak tertawa bahagia ya menangis tersendu-sendu.
Toh, jika tidak begitu kita tidak pernah tahu indahnya bahagia dan pedihnya
rasa sedih.
"hai kamu kenapa sih melamum aja, nanti jeleknya hilang
lho hahaha" ledek Nisa yang tampak sangat cantik dengan jas putih yang
biasa dipakai oleh seorang dokter.
"ya enak ya aku, cuma butuh melamun kalau ingin
ganteng"
"hahaha lucu. Berhenti dong lucunya, kalau aku jatuh
cinta mau tanggung jawab?"
"hahaha emang bisa jatuh cinta cuma karena lucu?"
tanya Kamal dengan alisnya yang sedikit terangkat.
"bisa lah"
"mana buktinya?"
"ini sudah"
"dasar dokter centil"
"hahaha enak aja" ucap Nisa sambil mengibaskan
rambut indahnya ke belakang sambil berlalu duduk di samping Kamal.
"Nis, rambut kamu indah banget sih"
"makasih"
"jadi sayang kalau dipamer terus"
"oh mau bahas kerudung lagi?"
"haha nggak kok, itu mah hak kamu mau pake hijab atau
nggak Nis"
"kenapa sih kamu suka perempuan berkerudung?"
“karena melihat perempuan berkerudung itu membuat hati
tenang”
“oh ya? Semua laki-laki seperti itu?
“nggak tahu. Tapi aku iya”
Kriingg... kriinggg suara nyaring dari dalam saku baju Kamal
terdengar jelas. Rupanya handphone Kamal yang berdering, seolah ingin
memberhentikan percakapan Kamal dan Nisa. Saat melihat siapa orang yang
menelponnya, terlihat nama “Dila” tertera di layar handphone Kamal, pertanda
Dila yang jauh disana sedang menghubungi Kamal. Namun alih-alih menjawab
panggilan dari Dila dengan sigap Kamal kembali meletakkan handphonenya ke dalam
saku. Di lain sisi, Dila mematikan panggilannya setelah cukup lama tak ada
jawaban.
“mungkin dia sibuk” ucap Dila dalam hati.
to be continued
SOCIALIZE IT →